Jumat, 27 November 2015

Golongan yang Didoakan Malaikat

1. Bertaubat dan mengikuti jalan Allah

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Mu’min/Ghafir ayat 7 - 9 yang terjemahannya kurang lebih adalah sebagai berikut:

(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala,

Ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga ‘adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak-bapak mereka, dan isteri-isteri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana,

Dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan. Dan orang-orang yang Engkau pelihara dari (pembalasan) kejahatan pada hari itu maka sesungguhnya telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya dan itulah kemenangan yang besar”.

Malaikat pemikul ‘arsy ada empat yang disebut malaikat muqarrabun, yaitu malaikat yang didekatkan kepada Allah. Disebutkan dalam hadits bahwa besarnya malaikat pemikul ‘arsy, jarak antara daun telinga sampai pundaknya adalah 700 tahun perjalanan menggunakan buraq.

Besarnya ‘arsy Allah diterangkan pula dalam hadits, bahwa tujuh lapis langit dan bumi jika dibandingkan dengan besarnya kursy Allah seperti halnya cincin di tengah-tengah lapangan yang luas. Sedangkan kursy Allah jika dibandingkan dengan besarnya ‘arsy Allah seperti sebuah cincin yang berada di tengah-tengah lapangan yang luas. 

Betapa besarnya makhluk ciptaan Allah, lalu bagaimana dengan kebesaran dan kekuasaan Allah. Kata Nabi, “Tafakkaru fi khalqillah wa laa tafakkaru fi dzatihi (HR. Abu Nu’aim). Artinya, berpikirlah pada ciptaan Allah, dan jangan berpikir tentang dzatnya Allah.

2. Tidur dalam keadaan suci atau wudhu

Kanjeng Sayyidina Muhammad pernah bersabda, “Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa, “Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci” (HR. Imam Ibnu Hibban).

Senin, 23 November 2015

Tentang Hari Kehancuran

Definisi 

As-saa’ah (hari kehancuran / the hour) adalah peristiwa hancurnya alam semesta setelah tiupan sangkakala pertama oleh malaikat isrofil atas kehendak Allah ta’ala.

Yaumul qiyamah (hari kiamat / resurrection day) adalah hari berbangkit (yaumul ba’ts), yakni bangkitnya manusia dari alam kubur setelah tiupan sangkakala kedua oleh malaikat isrofil atas kehendak Allah ta’ala.

Fitnah Akhir Zaman

Dari Abdullah bin Mas’ud, dari Nabi berkata bahwa ada empat fitnah akhir zaman yang akan dialami umat ini:

1. Dihalalkan darah
2. Dihalalkan harta
3. Dihalalkan kemaluan

Aisyah bertanya, “Apakah kaum muslimin akan binasa, padahal ada di antara mereka orang-orang shaleh?” Jawab Nabi, “Ya, jika zina sudah tak terkawal dan maksiat merajalela, maka bala/adzab akan turun”.

4. Zaman Dajjal, tanda-tanda Dajjal hampir muncul:
  1. Pertumpahan darah berlaku di kalangan umat Islam
  2. Dihalalkan riba
  3. Arak dihalalkan
  4. Zina dihalalkan
  5. Orang tidak mau belajar ilmu agama
  6. Orang tidak mau beramal dengan agama (sekularisme)
  7. Tanah diambil secara paksa
  8. Harga barang melambung tinggi

Selasa, 10 November 2015

Noda-Noda Cinta

Pengantar

Salah satu pondasi penting dalam beribadah adalah cinta kepada Allah. Cinta kepada Allah adalah ruh dalam beribadah. Orang yang beribadah tanpa ada rasa cinta kepada Allah, maka akan kering spiritual dan hati seolah gersang. Sedangkan ibadah yang diiringi rasa cinta kepada Allah, maka akan terasa nikmat, hati seolah mendapat siraman air sejuk dari pegunungan yang hijau. Begitu pula orang yang hidup tanpa dipenuhi cinta, maka akan terasa kelam dalam menjalani hidupnya. Kekuatan cinta bisa mengatasi rasa malas, meringankan beban, dan melapangkan dada.

Saking pentingnya cinta, banyak para ulama yang menulis buku tentang cinta, salah satunya adalah buku Raudhatul Muhibbin (Taman Orang-Orang yang Jatuh Cinta) yang dikarang oleh Syaikh Ibnu Qayyim Al-Jauzi. Kata Syaikh Muhammad Quraish Shihab, cinta tidak bisa dilukiskan atau didefiniskan secara utuh lewat kata-kata, cinta hanya bisa dirasakan gejala-gejalanya saja. Kalaupun dibuat definisi tentang cinta, tentu akan banyak sekali definisi cinta dari orang yang mengalaminya.

Secara umum, cinta adalah ketergantungan hati kepada yang dicintai. Cinta akan membuat seseorang meninggalkan sesuatu yang dibenci oleh orang yang dicintai, dan melakukan sesuatu yang disukai oleh orang yang dicintai. Hal ini dijelaskan oleh Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di. Para ulama juga mengatakan bahwa cinta itu ada yang asli dan palsu; ada cinta asli dan cinta palsu. Artinya, ada yang benar-benar cinta, tetapi ada pula yang hanya sekedar syahwat, bukan cinta yang sesungguhnya. 

Pembagian Cinta

Secara garis besar, cinta dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Cinta yang bersifat ibadah

Yaitu cinta yang diiringi pengagungan, penghambaan, kerendahan diri, dan ketaatan mutlak kepada Allah. Dan orang-orang yang beriman amat besar cintanya kepada Allah (Al-Baqarah: 165). Dalam ayat lain disebutkan bahwa Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang mereka bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin…(Al-Maidah: 54).

Cinta kepada Allah adalah puncak tertinggi dari cinta. Sebagian ulama menjelaskan bahwa ibadah itu harus dilandasi oleh tiga hal, yaitu: cinta (hubb), takut (khauf), dan harap (raja’). Ibarat seekor burung; rasa takut dan harap adalah kedua sayap, dan rasa cinta adalah kepalanya. Jadi, tidak mungkin seekor burung dapat hidup apalagi terbang tanpa adanya kepala. Oleh karena itu, kita harus senantiasa menghadirkan rasa cinta kepada Allah dalam beribadah, agar ibadah yang kita lakukan benar-benar hidup dan sampai kepada-Nya.

Rabu, 04 November 2015

Akrab dengan Ruqyah

Prolog

Kalau ingin mencari hidup tanpa ujian, cobaan, ataupun kesusahan bukan tempatnya di dunia. Hidup yang yang tanpa ujian hanyalah di surga. Dunia adalah tempatnya ujian dan cobaan.

Salah satu bentuk ujian hidup di dunia adalah adanya gangguan-gangguan yang bersifat ghaib dari bala tentara jin dan antek-anteknya. Bagi orang beriman, cara menghadapi perkara ghaib seperti ini adalah dengan mengikuti aturan agama dan tidak menyelisihinya. Solusi islami menghadapi gangguan-gangguan ghaib seperti ini adalah dengan “Ruqyah Syar’iyyah”.

Definisi Ruqyah

Secara etimologi, ruqyah adalah bacaan perlindungan. Setiap bacaan yang tujuannya untuk perlindungan diri dan pengobatan disebut ruqyah. Secara terminologi, ruqyah adalah bacaan perlindungan yang mengandung permintaan tolong kepada Allah untuk mencegah atau mengobati bala dan penyakit. Ruqyah islami tidak berbeda jauh dengan doa atau dzikir. Sifatnya bisa untuk pencegahan maupun pengobatan.

Landasan Historis

Di dalam hadits Imam Bukhari dijelaskan bahwa ruqyah sudah pernah dipraktekkan oleh Nabi Ibrahim untuk dua orang putranya. Rasulullah sendiri pernah meruqyah kedua cucunya Hasan dan Husain sebagaimana Nabi Ibrahim pernah meruqyah kedua putranya. 

Pada masa jahiliyah sebelum Sayyidina Muhammad diangkat menjadi Nabi, orang-orang jahiliyah juga meruqyah, akan tetapi dengan bacaan-bacaan atau mantra-mantra yang menyimpang dari ajaran Islam.

Rasulullah sendiri pernah meruqyah dirinya sendiri, seperti yang dikisahkan dalam hadits Imam Bukhari. Aisyah mengatakan bahwa Rasulullah pada saat berbaring sebelum tidur, mengumpulkan kedua tapak tangannya, kemudian membaca surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas lalu menyemburkannya (meniup sembari mengeluarkan sedikit semburan), dan mengusapkannya pada bagian tubuh yang mampu dijangkaunya, hal ini dilakukan sebanyak tiga kali.

Kanjeng Nabi juga pernah diruqyah oleh Jibril sewaktu beliau disihir oleh seorang Yahudi yang bernama Labid bin A’sham. Malaikat Jibril turun dari langit, setelah berdialog dengan Nabi, kemudian Jibril meruqyahnya (HR. Imam Muslim). Sayyidina Muhammmad yang notabene seorang Nabi juga bisa terkena sihir, tentunya semua itu atas izin dan kehendak dari Allah. Tidak ada sesuatu yang terjadi melainkan semua atas kehendak Allah.

Nabi juga pernah meruqyah sebagian sahabat yang terkena penyakit kudis (HR. Imam Muslim). Rasulullah bahkan memerintahkan praktek ruqyah dan membenarkan ruqyah yang dilakukan oleh sahabat. Dalam hadits Asy-Syaikhani, Aisyah diperintah oleh Nabi untuk meruqyah penyakit ‘ain.

Selasa, 03 November 2015

Kembalinya Sang Fajar

Tiadalah kegelapan pekat
Selimuti sepanjang malam
Manusia-manusia terlelap
Di dalam sekat penuh gelap

Kembalinya sang fajar
Membawa cerah kehidupan
Sang malam berjubah hitam
Telah lewat hanya sekelebat

Mendung gelap kehidupan amatlah pekat
Iringi gerak sepanjang hidup
Manusia-manusia dibuat kalap
Hingga terlelap karena teramat gelap

Kembalinya sang fajar
Membawa cerah kehidupan
Mendung gelap yang hitam pekat
Ternyata hanya lewat sekelebat

Tabir-tabir gelap telah tersingkap
Cahaya terang mulai menyeruak
Membuka jalan bagi perjalanan
Dalam kehidupan penuh cabaran


Rihan Musadik
Purbalingga, 22 Muharram 1437

Senin, 02 November 2015

Insan Berhati

Itulah hewan jika hanya daging dan darah
Pula tak disebut insan jika sekedar hati
Barulah disebut insan jika hati adalah nurani
Berisikan rampai kebaikan
Berbunga-bunga meski kadang berduri

Mawar yang indah pun berduri
Maka hati insan pun terkadang berduri
Tetapi mawar yang membuat orang kagum
Maka kebaikan hatilah yang membuat orang kagum
Barulah itu insan


Ibnu Abi Anas
Fil Ardhi, 20 Muharram 1437