Rabu, 05 Agustus 2015

Tafsir Surat Al-Qadr (Pertemuan ke-2)

Ayat 1 yang berbunyi innaa anzalnaahu fii lailatil qadr, artinya: Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan (lailatul qadr).

Mengapa pada ayat pertama ini Allah menggunakan kata ganti “Kami”?
  1. Untuk menunjukkan besarnya keagungan Allah dengan segala penciptaan, perbendaharaan, dan malaikat-malaikat yang tunduk kepada-Nya
  2. Apa yang akan Allah turunkan adalah sesuatu yang besar (Al-Qur’an)
Al-Qur’an turun melalui dua proses. Hal ini dijelaskan oleh Abdullah bin Abbas dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Hakim dan Imam Adz-Dzahabi, hadits ini dinilai shahih oleh Imam Hakim.
  1. Turun secara total ke langit dunia (langit pertama) di malam lailatul qadr
  2. Dari langit dunia turun secara berangsur-angsur kepada Rasulullah sebagai wahyu sesuai dengan peristiwa, situasi, dan kondisi pada saat itu.
Penjelasan: 

Al-Qur’an diturunkan secara total dari lauhil mahfuzh ke langit dunia (langit pertama). Tempat diturunkannya Al-Qur’an disebut Baitul ‘izzah di langit pertama. Hikmah diturunkan secara total:
  1. Menunjukkan keagungan Al-Qur’an
  2. Menunjukkan telah diturunkannya kitab suci yang terakhir sekaligus memberi tahu penghuni langit
  3. Satu-satunya kitab suci yang dijamin keasliannya hingga hari kiamat
Al-Qur’an diturunkan secara bertahap dari langit dunia kepada Nabi melalui perantara malaikat Jibril. Hal ini seperti terdapat dalam surat Al-Isra’ ayat 106 yang artinya: Dan Al-Qur’an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian. 

Adapun hikmahnya seperti yang tercantum dalam surat Al-Furqan ayat 32 yang artinya: Berkatalah orang-orang yang kafir, "Mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar).

Hikmah lainnya mengapa Al-Qur’an diturunkan secara bertahap kepada Nabi, yaitu untuk meneguhkan hati Nabi dalam menghadapi berbagai tantangan dakwah. Selain itu, untuk menurunkan syariat Islam juga dengan proses yang bertahap, tidak langsung semua syariat turun. Dalam memperbaiki akidah, akhlak, dan moral masyarakat jahiliyah juga diperlukan proses yang bertahap karena itulah Al-Qur’an juga turun secara bertahap sesuai dengan kondisi pada saat itu. Sebab, untuk meninggalkan kebiasaan jahiliyah menuju peradaban Islami dibutuhkan proses secara bertahap.

Ummul Mukminin ‘Aisyah mengatakan bahwa Al-Qur’an pertama kali diturunkan berbicara tentang surga-neraka (akidah). Selama 13 tahun di Makkah lebih ditekankan kepada tauhid, setelah di Madinah Al-Qur’an lebih banyak turun berkaitan dengan hukum halal-haram (masalah syariat/fiqih). Karena kalau seandainya Al-Qur’an yang pertama kali diturunkan berbicara tentang ayat-ayat khamr (hukum halal-haram), niscaya orang-orang akan lari dan tidak akan tertarik. Andaikata di awal-awal Al-Qur’an turun mengharamkan zina, pasti mereka akan mengatakan tidak akan meninggalkan zina untuk selama-lamanya.

Salah satu contoh menarik adalah tahap pengharaman khamr, dimana Al-Qur’an tidak langsung mengharamkannya, tetapi melalui beberapa proses bijak yang hasilnya sangat mengagumkan. 


Sesi Tanya Jawab bersama Ustadz Abdullah Zaen, Lc., MA.

Apakah memelihara jenggot adalah tradisi orang Arab?

Memelihara jenggot bukan tradisi orang Arab, melainkan bagian dari ajaran Islam (sunnah Rasul) yang dianjurkan untuk dilaksanakan.

Bagi seorang istri, mana dulu yang mesti didahulukan antara berbakti kepada orangtua dengan suami? 

Bagi seorang istri, mendahulukan berbakti kepada suami daripada orangtua. Sedangkan bagi seorang suami, mendahulukan berbakti kepada orangtua. Ada sebuah hadits dari Nabi, “Seandainya boleh bersujud kepada selain Allah, niscaya akan kuperintahkan seorang istri bersujud kepada suaminya”.

Apakah wanita haid bisa mendapatkan lailatul qadr? 

Bagi wanita yang sedang haid bisa mendapatkan malam lailatul qadr dengan berdzikir, atau membaca Al-Qur’an tanpa memegang mushaf. Ada pendapat ulama yang membolehkan membaca Al-Qur’an tanpa menyentuh mushaf bagi wanita haid.

Bagaimana hukum membakar Al-Qur’an yang sudah tidak terpakai? 

Mushaf Al-Qur’an yang sudah usang atau tidak terpakai lagi, menurut ulama boleh dimusnahkan dengan cara dibakar, bukan untuk menghinakannya, tetapi justru untuk menjaga kesuciannya.

Apakah urutan surat dalam Al-Qur’an inisiatif para sahabat? 

Urutan surat dalam Al-Qur’an adalah arahan dari Nabi, bukan karangan sahabat Nabi.

Bagaimana apabila shalat berjamaah di masjid kebetulan hanya berdua saja dengan wanita yang bukan mahram? 

Shalat berjamaah berdua dengan wanita non mahram boleh, asal tidak terjadi fitnah yang dikhawatirkan. Seandainya saja kita di masjid, adzan sendiri, iqomat sendiri, dan shalat juga sendiri, insya Allah akan tetap mendapatkan pahala shalat jamaah karena sudah berniat dari awal.

Bagaimana agar anak bisa bangun gasik? 

Tidurnya juga harus gasik. Kemudian butuh kesabaran orangtua, ketekunan, dan pembiasaan pada anak secara bertahap. Memohon atau berdoa kepada Allah. 


*Catatanku dari Kajian Rutin Tafsir Al-Qur'an (Rabu Malam) bersama Ustadz Abdullah Zaen hafizhahullahu ta'ala di Masjid Agung Darussalam Purbalingga (Masjid Nabawi Jawa).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar