Selasa, 19 Agustus 2014

Dampak Penggunaan PSS (Protector Scoring System) dalam Pertandingan Taekwondo - BAB IV


BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan 

Berdasarkan uraian dari pembahasan di bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan PSS itu sendiri secara langsung tentu akan berdampak pada aspek yang lain seperti sistem penilaian atau poin, penjurian, masalah biaya, dan juga mempengaruhi teknik, taktik, fisik, mental, yang tentunya juga akan berimbas pada penyesuaian latihan demi efektivitas untuk menghasilkan poin saat bertanding dengan menggunakan alat PSS. Untuk lebih jelasnya akan diidenifikasikan kelebihan dan kekurangan penggunaan PSS pada olahraga taekwondo, khususnya di Indonesia sebagai berikut:  

Dampak Penggunaan PSS (Protector Scoring System) dalam Pertandingan Taekwondo - BAB III


BAB III
PEMBAHASAN

Penggunaan suatu alat yang berbasis sains dan teknologi, tentu akan sangat menguntungkan apabila bisa digunakan secara tepat dan proporsional. Akan tetapi, penggunaan sebuah teknologi bukanlah tanpa kendala, kerugian, kekurangan, dan kelemahan. Di satu sisi ada dampak yang ditimbulkannya, karena sifat dari sains dan teknologi adalah selalu menghasilkan solusi, tetapi di lain pihak juga memunculkan suatu masalah baru yang butuh pemecahan kembali.

Begitu juga dalam dunia olahraga, penerapan teknologi dalam bidang olahraga, baik kepelatihan maupun pertandingan, di satu sisi membawa keuntungan tersendiri, tetapi pada sisi lain juga melahirkan masalah-masalah baru. Salah satu contohnya yang sedang dibahas dalam makalah ini adalah penggunaan alat PSS (Protector Scoring System), IVR (Instant Video Replay) dalam pertandingan taekwondo kategori kyorugi (fight), yang tentu saja akan membawa keuntungan tersendiri, tetapi juga akan dibahas kerugian dan kekurangannya, khususnya bagi taekwondo di Indonesia. 

Keuntungan Penggunaan PSS

Hampir semua cabang olahraga di dunia saat ini sedang berevolusi memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mendorong agar kegiatan olahraga, terutama dalam pertandingan atau kejuaraan internasional memperoleh hasil atau penilaian yang lebih objektif, sehingga unsur subjektivitas bisa diminimalkan (pelatnastaekwondo.wordpress.com). Penggunaan alat PSS ini memberi keuntungan tersendiri pada keobjektifan dalam memberikan poin, karena tendangan yang sah untuk mendapatkan poin akan sangat terukur. Tendangan yang berhak untuk mendapat poin adalah tendangan yang tepat mengenai area poin body protector dan dengan power yang tepat sesuai dengan masing-masing bobot pada masing-masing kelas dalam kyorugi.

Dampak Penggunaan PSS (Protector Scoring System) dalam Pertandingan Taekwondo - BAB II


BAB II 
KAJIAN TEORI

Secara etimologis taekwondo berasal dari bahasa Korea dimana beladiri ini lahir. Dalam bahasa Korea, Tae berarti menendang atau menghancurkan dengan kaki; Kwon berarti tinju; dan Do berarti jalan atau seni. Jadi, Taekwondo dapat diterjemahkan dengan bebas sebagai “seni tangan dan kaki” atau “teknik gerak kaki dan kepalan”. Lebih tepatnya seni beladiri yang menggunakan tangan dan kaki untuk menendang, memukul, menangkis, dan berbagai variasi gerakan yang dihasilkan.

Taekwondo adalah gabungan dari teknik perkelahian, beladiri, olahraga, seni, hiburan, dan filsafat. Seni beladiri ini pada umumnya lebih menekankan tendangan yang dilakukan dari suatu sikap bergerak, dengan menggunakan daya jangkau dan kekuatan kaki yang lebih besar untuk melumpuhlan lawan dari kejauhan. Dalam suatu pertandingan, tendangan serong berputar (dollyo chagi), tendangan T samping (yoep chagi) adalah yang paling banyak dipergunakan disamping tendangan-tendangan yang lain. Latihan taekwondo juga mencakup suatu sistem yang menyeluruh dari pukulan dan pertahanan dengan tangan, tetapi pada umumnya tidak menekankan grappling (pergulatan).

Senin, 18 Agustus 2014

Dampak Penggunaan PSS (Protector Scoring System) dalam Pertandingan Taekwondo - BAB I


BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah  

Dewasa ini olahraga taekwondo menjadi salah satu cabang beladiri yang cukup banyak peminatnya di dunia, terlebih lagi di Indonesia dengan jumlah penduduk yang cukup banyak, maka sangat terbuka kemungkinan taekwondo dapat berkembang pesat dengan cepat. Peminatnya dari anak usia dini, remaja, dewasa atau pemuda, baik pria maupun wanita. Taekwondo menjadi semakin populer karena begitu banyaknya sosialisasi yang dilakukan, baik lewat acara-acara seni pertunjukan, pamflet, baliho, spanduk yang dipasang, lewat sekolah-sekolah, maupun lewat internet. Apalagi dengan semakin banyaknya dojang atau klub yang dibuka, akan semakin tersosialisasikan dengan baik.

Dengan semakin banyaknya dojang dan klub-klub taekwondo yang tersebar, akan menyebabkan dampak yang positif bagi generasi muda. Karena dari usia muda, bahkan usia dini, taekwondoin akan dilatih untuk disiplin, saling menghormati, sopan santun, dan itu berarti taekwondo selalu mengajarkan pendidikan karakter atau pendidikan moral yang akhir-akhir ini selalu disorot karena semakin terlihat adanya demoralisasi pada generasi muda.
 

Selasa, 12 Agustus 2014

Meninggalkan Kampung Kepuh, Samirono

Hari Minggu, tepatnya pada tanggal 10 Agustus 2014, saya harus merelakan untuk meninggalkan Yogyakarta, terutama kampung Kepuh, pedukuhan Samirono. Di situlah saya tinggal selama kurang lebih empat tahun. Barang-barang kost diangkut semuanya ke dalam mobil Daihatsu Zebra yang kami bawa dari Purbalingga bersama ibu, kakak, dan saudara sepupuku sehari sebelumnya. Beberapa warga yang saya temui berjabat tangan denganku, saya mohon pamit hendak meninggalkan kampung Kepuh ini, karena studi S-1 saya sudah selesai. Semalam sebelumnya saya sempat bersilaturahmi ke rumah Bapak Kost, karena memang masih suasana lebaran Idul Fitri, beberapa jama'ah mushola juga sudah saya salami. Pemilik warung makan di sebelah kostku juga sudah saya salami untuk pamit pulang, juga dengan beberapa warga yang kebetulan saya temui di jalan.

Rasanya sedih sekali hendak melepas kepergian dari kampung Kepuh ini, empat tahun saya tinggal di kampung ini untuk menyelesaikan kuliah S-1 di UNY. Apalagi karena memang saya sudah akrab dengan warga sekitar terutama jama'ah mushola yang hanya beberapa langkah dari kostku. Di samping itu, karena memang ada seorang wanita yang di akhir semester sempat mencuri perhatianku, lewat “curi-curi pandang”. Tapi entah kenapa, rasanya bahasa hati bisa berkomunikasi meski lisan tidak saling bercakap. Sehingga tatkala saya hendak pulang dan pamit, dari matanya tampak pancaran kerinduan yang tak sempat diucap. Begitulah kata para ulama, dari mata turun ke hati, itulah wanita, yang kata beberapa orang, racun dunia, virus cinta, dan sebagainya. Maka tak salah jika Allah memerintahkan kita sebagai seorang muslim untuk menundukkan pandangan, dan Rasul pun pernah bersabda bahwa fitnah terbesar adalah wanita. Di lain waktu, beliau juga mewanti-wanti untuk tidak terus memandangi wanita yang bukan muhrim, palingkan pandanganmu, karena pandangan kedua dan seterusnya itu nafsu dan dosa.